Friday, February 23

Penyesalan Terbesar di Akhirat

amirfath.com, Artikel (203), Jan 2023

Masih banyak orang yang hanya memikirkan kehidupan dunia. Padahal dunia ini hanyalah sementara. Semua makhluk di dunia ini akan berakhir.

Karena itu, Alquran tidak pernah memuji dunia. Kadang disebutkan sebagai kenikmatan yang menipu “mataa’ul ghuruur” (QS Ali Imran [3]: 185), senda gurau dan permainan “la’ibuw walahwun” (QS al-An’am [6]: 32).

Bagi yang bernegah-megahan dengannya dianggap lalai “alhaakumut takatsur” (QS a-Takatsur [102]: 1). Itu pun masih banyak orang yang tertipu oleh dunia. Bahkan, mereka beranggapan bahwa orang yang terkaya itu adalah yang paling sukses. 

Di sisi lain, Alquran banyak mengagungkan kehidupan akhirat sebagai tujuan yang hakiki. “Wa innad daaral akhirati lahiyal hayawaan” (QS al-‘Ankabut [29]: 64).

Surah al-Ma’arij merekam kisah orang-orang kafir Makkah yang menantang Rasulullah SAW karena mereka menolak iman kepada akhirat. Mereka mengatakan, “Wahai Muhammad, jika apa yang kamu sampaikan itu benar, silakan turunkan azab atas kami” (saala sailun bi a’dzaabiw waaqi’) (QS al-Ma’arij [70]: 1).

Surah al-Ma’arij merekam kisah orang-orang kafir Makkah yang menantang Rasulullah SAW karena mereka menolak iman kepada akhirat.

Bahkan, mereka secara khusus menuntut agar azab tersebut berupa hujan batu (fa amthir ‘alaina hijaaratan minas samaa’) (QS al-Anfal [8]: 32). Padahal –kata Allah– azab tersebut memang sudah dipersiapkan dan pasti akan menimpa mereka (lilkaafiriina laisa lahuu daafi’) (QS al-Ma’arij [70]: 2).

Sikap tersebut sebenarnya adalah ejekan kepada Rasulullah SAW. Karena itu, Allah SWT menyuruh Rasul-Nya bersabar dengan tanpa sedikit pun kecewa (fahsbir shabran jamiilaa) (QS al-Ma’arij [70]: 5).

Di sini ada isyarat bahwa dalam menghadapi cercaan orang-orang yang tak beriman, tidak perlu dimasukkan hati. Sebab, mereka melakukan itu karena tidak yakin dengan azab Allah SWT.

Mereka menganggap azab Allah SWT itu kemungkinan terjadinya masih lama (innahum yaraunahuu ba’iidaa) (QS al-Ma’arij [70]: 6). Tetapi bagi orang-orang beriman balasan Allah SWT tersebut sangat dekat (wa naraahu qariiba) (QS al-Ma’arij [70]: 7). Kata “qariiba” menunjukkan bahwa semua yang akan datang adalah dekat (kullu maa huwa aatin qariib). 

Orang-oarang kafir itu mencerca Nabi SAW karena mereka masih belum merasakan azab tersebut secara nyata. Surah al-Ma’arij lagi-lagi merekam apa yang pasti akan mereka alami kelak setelah masuk ke alam akhirat.

Minimal ada tiga suasana yang akan terjadi. Pertama, runtuhnya langit (yauma takuunus samaau kal muhli) (QS al-Ma’arij [70]: 8).

Kedua, buyarnya gunung-gunung yang dengannya bumi akan mengalamai kehancuran total (wa takuunul jamaablu kal ‘ihn) (QS al-Ma’arij [70]: 9).

Ketiga, sibuknya manusia dengan diri sendiri karena penuh ketakutan dan kebingungan (wa laa yusalu hamiimin hamiima) (QS al-Ma’arij [70]: 10). Kata “hamiim” (teman dekat) maksudnya dari saking bingungnya mereka tidak sempat menyapa satu sama lain sekalipun bertemu dengan teman mereka yang paling dekat selama di dunia.

Begitu para pendurhaka itu merasakan pedihnya azab di akhirat, mereka minta agar dibebaskan darinya dan siap membayar denda berapa pun.

Mau mengambil anak-anakku –kata mereka– silakan (yawaddul mujrimu law yaftadii yauma idzin bibaniihi)? atau istriku atau saudara-saudaraku atau sukuku (wa shaahibatihii wa akhiihi, wa fashilatihiillati tu’wiihi) atau bahkan semua dunia dan seisinya (waman fil ardhi jamiian). Silakan ambill semua itu yang penting aku selamat (tsumma yunjiihi) (QS al-Ma’arij [70]: 11-14).

sumber : https://www.republika.id/posts/36703/penyesalan-terbesar-di-akhirat

About Post Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *